T E R I M A K A S I H S U D A H B E R K U N J U N G

Saturday, September 5, 2015

Bentuk Sastra Indonesia

Bentuk Sastra

Secara umum sastra dibagi dalam 3 bentuk yaitu:

Puisi
Prosa, dan
Drama
1. Puisi adalah karya sastra yang formatnya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Puisi mencakupi satuan yang lebih kecil, seperti sajak, pantun, dan balada.

2. Prosa ialah jenis sastra yang dibedakan dari puisi karena tidak terlalu terikat oleh irama, rima, atau kemerduan bunyi. Bahasa prosa dekat dengan bahasa sehari-hari. Yang termasuk prosa, antara lain cerita pendek, novel, dan esai.

3. Drama ialah jenis sastra dalam bentuk puisi atau prosa yang bertujuan menggambarkan kehidupan lewat lakuan dan dialog (cakapan) para tokoh. Lazimnya dirancang untuk pementasan panggung.

————————————————————-

Disamping tiga jenis bentuk di atas, seiring dengan kreativitas para pencipta dan seniman sastra, maka bentuk sastra berkembang menjadi berbagai bentuk lain, di antaranya adalah:

4. Sajak (sanjak);

Sajak adalah istilah yang baku, sementara istilah sanjak adalah istilah yang kurang lazim dalam ranah bahasa dan sastra. Sajak ialah karya sastra yang berciri mantra, rima, tanpa rima, ataupun kombinasi keduanya. Kekhususannya, jika dibandingkan dengan bentuk sastra yang lain, terletak pada kata-katanya yang topang-menopang dan berjalinan dalam arti dan irama.

Rima ialah pengulangan bunyi berselang dalam sajak, baik di dalam larik (baris, leret) maupun pada akhir larik-larik yang berdekatan. Agar terasa keindahannya, bunyi yang berima itu ditampilkan dalam tekanan, nada, atau pemanjangan suara. Jenis rima, antara lain runtun vokal atau asonansi, purwakanti atau aliterasi, dan rima sempurna.

5. Syair

Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum.

Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab.

Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain:  Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.

Menurut isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan yaitu:

Syair Panji; menceritakan tentang keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berada atau berasal dari dalam istana.  Contoh syair panji adalah Syair Ken Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan.
Syair Romantis; berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita pelipur lara, hikayat, maupun cerita rakyat. Contoh syair romantis yakni Syair Bidasari yang menceritakan tentang seorang putri raja yang telah dibuang ibunya. Setelah beberapa lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya. Pertemuan pun terjadi dan akhirnya Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya.
Syair Kiasan; berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buahbuahan.  Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh syair kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang gagal akibat perbedaan pangkat, atau seperti perumpamaan “seperti pungguk merindukan bulan”.
Syair Sejarah; adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah.  Sebagian besar syair sejarah berisi tentang peperangan. Contoh syair sejarah adalah Syair Perang Mengkasar (dahulu bernama Syair Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar dengan Belanda.  Syair berbahasa Arab yang tercatat paling tua di Nusantara adalah catatan di batu nisan Sultan Malik al Saleh di Aceh,  bertarikh 1297 M
Syair Agama merupakan syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi empat yaitu: (a) syair sufi, (b) syair tentang ajaran Islam, (c) syair riwayatcerita nabi, dan (d) syair nasihat.  Perlu kita ketahui, setiap syair pasti mengandung pesan tertentu. Pesan tersebut dapat kita simpulkan setelah memahami isi sebuah syair.  Contoh syair agama : Syair Perahu, Syair Dagang (banyak yg bilang karangan Hamzah Fansuri, tapi para ahli membantahnya), Syair Kiamat, Bahr An-Nisa, Syair Takbir Mimpi, Syair Raksi

6. Hikayat

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Salah satu hikayat yang populer di Riau adalah Yong Dolah.

Contoh Hikayat:

Hikayat Negeri Riau
Hikayat Aceh
Hikayat Abdullah
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Djahidin
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iskandar Zulkarnain
Hikayat Kadirun
Hikayat Kalila dan Damina
Hikayat Masydulhak
Hikayat Pandawa Jaya
Hikayat Pandja Tanderan
Hikayat Putri Djohar Manikam
Hikayat Sri Rama
Hikayat Tjendera Hasan
Tsahibul Hikayat
Hikayat Abu Nawas
Hikayat Abu Samah
Hikayat Banjar
Hikayat Bakhtiar
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iblis
Hikayat Indraputra
Hikayat Isma Yatim
Hikayat Jaya Lengkara
Hikayat Kalila dan Daminah
Hikayat Kerajaan Sikka
Hikayat Malim Dewa
Hikayat Musang Berjanggut
Hikayat Merong Mahawangsa
Hikayat Muhammad Hanafiah
Hikayat Nakhoda Asik
Hikayat Nakhoda Muda
Hikayat Negeri Johor
Hikayat Pahang
Hikayat Panca Tanderan
Hikayat Panji Kuda Semirang
Hikayat Patani
Hikayat Pelanduk Jenaka
Hikayat Purasara
Hikayat Putera Jaya Pati
Hikayat Raja Akil
Hikayat Raja Budiman
Hikayat Raja Jumjumah
Hikayat Raja Muda
Hikayat Raja-raja Pasai
Hikayat Samaun
Hikayat Sang Boma
Hikayat Sang Bima
Hikayat Seri Rama
Hikayat Si Miskin
Hikayat Siak
Hikayat Sultan Ibrahim
Hikayat Syah Mardan
Hikayat Tanah Hitu

7. Gurindam

Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Ada 2 jenis Gurindam yang diketahui; Gurindam Lama dan Gurindam Dua Belas.

Contoh Gurindam lama:

Pabila banyak mencela orang

Itulah tanda dirinya kurang

Contoh lain:

Dengan ibu hendaknya hormat

Supaya badan dapat selamat

Untuk Gurindam dua Belas,  kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji dari Kepulauan Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas oleh karena berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.

8. Seloka

Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, kadang-kadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.

Contoh Seloka:

Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui

9. Pantun

Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

10. Parikan (Pari’an / pari an)

Parikan adalah pantun dalam Bahasa Jawa.

Contoh Pari’an:

Kucing cilik kepidak jaran
Jran Teji Kecemplung kali
Maling pitik Mlebu Pakunjaran
Sing Korupsi dianggep lali

Motor cilik larang regane
Motor kuno moro’o mrene
Wong cilik rekoso uripe
Perkoro lengo ra ono entek’e

Kucing limo ilang buntut’e
Buntut sapi dinggo pecutan
Perkoro lengo ora ono entek’e
Jebul di korupsi sing duwe jabatan

11. Paparikan

Paparikan adalah pantun dalam Basa Sunda (Bahasa Sunda)

Conto Paparikan:

Caang bulan opat belas
teu kaduga ku poékna
Aya bujang baju bodas
teu kaduga ku korétna

Cai mulang cai malik
cai ngocor ka astana
Panon burial buncelik
da kadempét étanana

Cau naon cau naon
cau kulutuk di juru
Bau naon bau naon
bau nu hitut di juru

(Paparikan-paparikan ieu dicutat tina lagu Sisindiran-na Kang Doel Sumbang)

12. Umpasa (baca: uppasa)

Umpasa merupakan pantun dalam bahasa Batak

13. Karmina

Karmina adalah bentuk lain dari pantun. Karmina merupakan pantun versi pendek yang terdiri hanya dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung. Contoh:  “Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu masih bertanya pula”

14. Talibun

Juga bentuk lain dari pantun. Talibun adalah pantun versi panjang. Talibun mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.

15. Soneta

Soneta terdiri atas 14 (empat belas) larik atau baris dengan pola rima tertentu. Soneta berasal dari Bahasa Italia yang terbentuk dari kata lain sono, berarti bunyi atau suara. Soneta lahir pada pertengahan abad ke-13 di Kota Florence Italia.

Dari Italia, soneta menyebar ke seluruh eropa terutama ke Eropa Barat, di antaranya Inggris dan Belanda (Nederland). Kira-kira abad ke-20, soneta dibawa ke Indonesia oleh orang Indonesia yang bersekolah di Nederland. Pelopor Soneta di Indonesia adalah Muhammad Yamin, Y.E Tatengkeng, Rustam Effendi, Intoyo, dan Sutan Takdir Alisjahbana.

16. Roman

Roman adalah karya sastra yang terkadang disamakan dengan

17. Cerpen

18. Novel

No comments:

Post a Comment